Prabowo Subianto adalah salah satu Putut0gel tokoh yang paling berpengaruh dan kontroversial dalam politik Indonesia. Sebagai mantan jenderal TNI dan pendiri Partai Gerindra, perjalanan politik Prabowo dipenuhi dengan dinamika yang menarik, dari sikap oposisi yang keras terhadap pemerintah, hingga akhirnya berkoalisi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Transformasi politik Prabowo ini mencerminkan realitas pragmatisme dalam politik Indonesia, di mana rivalitas politik sering kali berubah menjadi aliansi demi kepentingan nasional.
Artikel ini akan mengulas perjalanan politik Prabowo Subianto, mulai dari kritik keras terhadap pemerintah, pencalonan presiden yang tidak pernah berhasil, hingga langkah mengejutkannya untuk berkoalisi dengan Jokowi pada periode kedua kepemimpinan Jokowi. Melalui perjalanan ini, kita bisa melihat bagaimana Prabowo beradaptasi dengan perubahan politik dan memainkan peranannya di kancah nasional.
1. Awal Karier Politik: Dari Militer ke Dunia Politik
Prabowo Subianto memulai kariernya di dunia politik Indonesia setelah menyelesaikan masa baktinya di militer. Sebagai seorang jenderal yang berpengaruh, Prabowo dikenal sebagai sosok yang memiliki karakter kuat, bahkan kontroversial. Ia pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus, satuan elit TNI Angkatan Darat, dan kemudian Komandan Jenderal Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat).
Namun, pada 1998, ketika reformasi menggulingkan Presiden Soeharto, Prabowo yang saat itu menjabat sebagai menantu Soeharto, dipecat dari militer setelah terlibat dalam sejumlah peristiwa yang terkait dengan krisis politik. Meskipun demikian, pengalamannya di dunia militer memberi Prabowo modal besar dalam membangun citra dirinya sebagai tokoh yang memiliki kapasitas kepemimpinan yang kuat.
Setelah keluar dari militer, Prabowo memilih terjun ke dunia politik. Pada 2004, ia mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar, namun kalah dalam pemilihan. Tidak menyerah, pada 2008 Prabowo mendirikan Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), yang secara cepat berkembang menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia.
2. Kritikan Keras terhadap Pemerintah: Membangun Posisinya sebagai Oposisi
Prabowo Subianto dikenal sebagai tokoh yang sering mengkritik pemerintah yang berkuasa, terutama dalam hal kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang ia anggap tidak berpihak pada rakyat kecil. Pada Pilpres 2014, Prabowo maju sebagai calon presiden dan berkompetisi melawan Joko Widodo (Jokowi), yang saat itu merupakan gubernur DKI Jakarta.
Selama kampanye 2014, Prabowo mengkritik keras kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang memerintah Indonesia pada waktu itu. Ia menganggap pemerintahan SBY gagal mengelola ekonomi negara, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai calon presiden, Prabowo mengusung visi Indonesia yang lebih berdaulat dan mandiri dalam ekonomi, serta berfokus pada pembangunan infrastruktur dan pengurangan ketergantungan pada luar negeri.
Dalam Pilpres 2014, Prabowo bersaing ketat dengan Jokowi, namun akhirnya kalah dalam pemilihan dengan selisih suara yang tipis. Meskipun kalah, Prabowo tidak mundur dari kancah politik. Ia tetap mempertahankan posisinya sebagai oposisi yang vokal dan terus mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi yang dianggapnya tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
3. Kekalahan dalam Pilpres 2014 dan 2019: Menunjukkan Keteguhan dan Dukungan yang Kuat
Prabowo tidak berhenti berusaha meskipun menghadapi kekalahan dalam Pilpres 2014. Ia kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2019, kali ini dengan menawarkan konsep-konsep yang lebih mengedepankan pemberdayaan ekonomi rakyat dan independensi nasional. Dalam Pilpres 2019, Prabowo kembali bersaing dengan Jokowi, yang kali ini telah menjadi presiden incumbent.
Selama kampanye 2019, Prabowo terus mengkritik pemerintah Jokowi, terutama terkait masalah ketimpangan sosial, utang negara, dan kebijakan ekonomi yang dinilai tidak pro-rakyat. Salah satu kritik utama Prabowo adalah terkait dengan ketergantungan Indonesia pada impor dan utang luar negeri, yang menurutnya merugikan kedaulatan ekonomi Indonesia.
Namun, meskipun Prabowo mampu menggalang dukungan dari berbagai kalangan, ia kembali kalah dalam pemilihan dengan selisih suara yang lebih besar. Kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019 menandai kekalahan kedua bagi Prabowo, tetapi ia tetap menjadi salah satu tokoh politik terbesar di Indonesia dengan basis massa yang solid, terutama di luar Jawa.
4. Keputusan Mengejutkan: Koalisi dengan Jokowi di Kabinet Indonesia Maju
Setelah dua kekalahan dalam Pilpres, langkah politik Prabowo mengalami perubahan signifikan. Pada Oktober 2019, setelah Pilpres 2019 berakhir, Prabowo mengejutkan banyak pihak dengan keputusan untuk bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Ia dilantik sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet tersebut.
Keputusan Prabowo untuk bergabung dengan pemerintahan Jokowi ini dianggap sebagai sebuah langkah yang cukup mengejutkan, mengingat sebelumnya mereka terlibat dalam rivalitas yang sangat sengit. Namun, Prabowo menilai bahwa kepentingan bangsa harus diutamakan, dan untuk itu ia memilih untuk mengutamakan stabilitas negara di atas kepentingan politik pribadi.
Langkah ini memperlihatkan kedewasaan politik Prabowo. Meskipun sebelumnya sering mengkritik Jokowi dalam berbagai aspek, ia kini memilih untuk bekerja sama dalam pemerintahan demi kemajuan Indonesia. Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan negara dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Ini juga memperlihatkan bahwa dalam politik Indonesia, aliansi bisa terbentuk secara dinamis, bahkan antara pihak-pihak yang sebelumnya bersaing ketat.
5. Pendekatan Pragmatik: Politik Tanpa Dendam
Langkah Prabowo untuk berkoalisi dengan Jokowi juga mencerminkan pendekatan pragmatis yang menjadi ciri khas politik Indonesia. Dalam politik, sikap keras terhadap lawan bisa dengan cepat berubah menjadi aliansi demi mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kemajuan bangsa. Prabowo, yang sebelumnya dikenal sebagai oposisi yang vokal, kini berfokus pada tugasnya sebagai Menteri Pertahanan untuk memastikan stabilitas dan keamanan Indonesia di tengah tantangan geopolitik yang semakin kompleks.
Dalam konteks ini, koalisi antara Prabowo dan Jokowi menunjukkan bahwa politik Indonesia bersifat fleksibel dan sering kali melampaui batas-batas rivalitas yang ada. Tujuan utama yang diutamakan adalah stabilitas negara, kemajuan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat, bukan sekadar kemenangan politik.
6. Potensi di Pilpres 2024: Melanjutkan Perjalanan Politik
Meskipun Prabowo kini berada di dalam pemerintahan Jokowi, kemungkinan untuk kembali berkompetisi di Pemilu 2024 tetap terbuka lebar. Koalisi yang terjalin antara Prabowo dan Jokowi tidak menutup peluang Prabowo untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2024. Dalam hal ini, Prabowo memiliki modal politik yang kuat, baik dalam kapasitas kepemimpinan di pemerintahan maupun dalam dukungan yang terus mengalir dari Partai Gerindra dan basis massa yang loyal.
Di sisi lain, keputusan untuk bergabung dengan Jokowi juga dapat memperkuat citra Prabowo sebagai seorang negarawan yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa daripada ambisi politik pribadi. Jika Prabowo memutuskan untuk maju dalam Pilpres 2024, ia akan membawa pengalaman dan pengaruh yang besar, serta menjadi salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan.
Kesimpulan: Transformasi Politik Prabowo Subianto
Perjalanan politik Prabowo Subianto Putut0gel menggambarkan transformasi yang luar biasa. Dari seorang kritikus keras terhadap pemerintah, ia mampu beradaptasi dengan dinamika politik Indonesia, akhirnya memilih untuk bekerja sama dengan Presiden Jokowi demi stabilitas dan kemajuan Indonesia. Keputusan ini menunjukkan kedewasaan politik Prabowo, yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa daripada sekadar mempertahankan rivalitas politik.
Langkah Prabowo untuk bergabung dalam pemerintahan Jokowi membuka babak baru dalam karier politiknya. Dengan pengalaman sebagai pemimpin militer, ketua partai, dan kini sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo siap menghadapi tantangan politik berikutnya, baik dalam kabinet Jokowi maupun dalam kemungkinan pencalonan kembali sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.